Selasa, 07 Februari 2023

Resume ke-13 KBMN gelombang ke 28

Resume ke-13 KBMN gelombang ke 28

Tanggal         : 06 Pebruari 2023
Narasumber : Miftahul Hadi, S. Pd
Moderator    : Dail Ma'ruf, M. Pd
Tema            : Kaidah Pantun
Di tulis oleh : Nunung Fika Herawati Efendi, S.Pd

Materi dibuka dengan pantun dari Moderator yaitu Pak Dail Ma'ruf, dan narasumber adalah Bapak Miftahul Hadi. 

Bunga sekuntum tumbuh di taman,
Daun salam elok mahkota,
Assalamualaikum saya ucapkan,
Sebagai salam pembuka kata.

Menanam padi di musim hujan
Padi ditanam berharap panen
Mari belajar beang mas hadi kawan
Semoga semuanya berkenan

Kalau tuan ke pulau Mempar,
Batu terbelah di gunung Daik,
Kalau tuan bertanya kabar,
Alhamdulillah kabar baik.

Banjir kanal jembatan patah,
Rimbun semak di pinggir kali,
Salam kenal saya mas Miftah,
Dari Demak berjuluk kota wali.

Kalau Puan pergi ke Pasar 
Jangan lupa membeli payung
Kalau tuan ingin hatinya Bugar
Jangan lupa membuat pantun

Materi yang bertema Kaidah Pantun. 

Pantun biasanya identik dengan suku bangsa Melayu ataupun Betawi. Namun, ternyata setiap daerah memiliki pantun. Misalnya : 

Di Tapanuli, pantun dikenal dengan istilah ende-ende (Suseno, 2006). Contoh pantunnya :
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.

Yang berarti:
Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama

2. Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan (Suseno, 2006)
Contoh pantunnya :

Sing getol nginum jajamu,
Ambeh jadi kuat urat,
Sing getol maengan ilmu,
Gunana Dunya akhirat.

Yang artinya :
Rajinlah minum jamu,
Agar kuatlah urat,
Rajinlah tuntut ilmu,
Bagi dunia akhirat.

3. Di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006)
Contoh pantunnya:

Kabeh-kabeh Gelung konde,
Kang Endi kang Gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang Endi kang durung ana.

Artinya :
Semua bergelung konde,
Manakah si Gelung Jawa,
Semua sudah ada yang punya,
Siapakah yang belum punya.

Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020)

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Definisi Pantun :
Menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019).

Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)

Kegunaan pantun :
Untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. 
Untuk mengawali sambutan pidato.
Untuk lirik lagu.
Untuk perkenalan.
Untuk dakwah bisa juga disisipi pantun.
Untuk melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar

1 bait pantun terdiri atas empat baris. 
Satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata. Kemudian, satu baris pantun terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata.

Baris pertama dan kedua disebut sampiran
Baris ketiga dan keempat disebut isi

Pantun yang baik, memiliki sajak a-b-a-b
Jika ada pertanyaan : Apakah boleh pantun menggunakan sajak a-a-a-a??
Jawabannya, Boleh saja, namun keindahan pantun itu akan berkurang.

Pantun dua baris disebut juga karmina atau pantun kilat.

Contoh :
Kabeh-kabeh Gelung konde,
Kang Endi kang Gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang Endi kang durung ana.

Cara menentukan persajakan, bisa dilihat pada Rima (bunyi akhir) tiap baris

Perbedaan pantun, syair, gurindam dengan karmina yaitu :
Syair, hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan/saling berkaitan.

Berikut ini contoh syair yang mirip puisi.

Engkau telah mafhum kawan
Penggenggam bambu runcing ditangan
Pemeluk tetes darah penghabisan
Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.

Inilah kisah bermula kawan
Tentang negeri elok rupawan
Menjadi rebutan haparan jajahan
Hidup mati pahlawan memperjuangkan

Sedangkan gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan.

Contoh gurindam :
Jika rajin salat sedekah,
Allah akan tambahkan berkah.

Karmina, terdiri atas dua baris. Baris pertama dan kedua tidak ada hubungannya.

Contoh Karmina :
Sudah gaharu Cendana pula,
Sudah tahu bertanya pula.

Kiat mudah membuat pantun :
Milikilah perbendaharaan kata dengan bunyi akhir sama.
Carilah kata yang memiliki bunyi akhir sama. Minimal dua huruf bapak ibu.
Pahamilah ciri-ciri pantun.
Susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu.
Terakhir, susun baris pertama dan kedua.
Keterkaitan persajakan dan Rima dalam pantun adalah :

1. Rima akhir
Pohon nangka dililit benalu,
Benalu runtuhkan batu bata,
Mari kita waspada selalu,
Virus corona di sekitar kita

Bena lu
Ba ta
Sela lu
Ki ta

Ini yang disebut Rima akhir. Hanya akhir baris yang sama bunyinya. Merupakan tingkatan pantun yang paling mudah.

2. Rima tengah dan akhir
Susun sejajar bungalah bakung,
Terbang menepi si burung elang,
Merdeka belajar marilah dukung,
Wujud mimpi Indonesia cemerlang.

Perhatikan kata kedua dan kata terakhir. Baris pertama dan ketiga.
Seja jar dan ba kung
Bela jar dan Du kung

Baris kedua dan keempat
Mene Pi dan e Lang
Mim Pi dan cemer lang

Merupakan tingkatan yang mudah, jika dilatih terus menerus.

3. Rima awal, tengah dan akhir
Jangan dipetik si daun sirih,
Jika tidak dengan gagangnya,
Jangan diusik orang berkasih,
Jika tidak dengan sayangnya.

Baris pertama dan ketiga
Ja ngan dipe tik si daun sirih,
Ja ngan diu Sik orang berka sih,

Baris kedua dan keempat
Ji ka ti dak dengan gagang nya,
Ju ka ti dak dengan sayang nya.

Tingkatan ini merupakan yang agak sulit.

4. Rima lengkap
Bagai patah tak tumbuh lagi,
Rebah sudah selasih di taman,
Bagai sudah tak suluh lagi,
Patah sudah kasih idaman.

Semua kata tiap baris memiliki bunyi yang sama.

Tugas resume :
Membuat pantun dengan tema Merdeka Belajar. 

Berlatih bola bermain di lapangan,
Tetap berlari meskipun lawan mengejar,
Biasakan bertutur kata sopan.
Kita wujudkan merdeka belajar.

Terimakasih bapak dail dan bapak Hadi juga semua, senang bisa dipertemukan orang hebat seperti bapak ibu semua.

Salam literasi,terus belajar dan belajar.

Tidak ada komentar: